Makalahsejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia BAB I. PENDAHULUAN. pengakuan Belanda atas beberapa daerah sebagai wilayah kaum Padri dan untuk sementara peperangan gelombang pertama berakhir. 2) Perang Padri Gelombang ke Dua 1829, di daerah pariaman. 1830, kaum Sejak runtuhnya Kerajaan Buleleng, perjuangan rakyat Bali mulai lemah

- Perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak berhenti pada 17 Agustus 1945 saat Soekarno-Hatta mendeklarasikan proklamasi Indonesia. Tantangan dan hambatan usai kemerdekaan Indonesia tetap ada sehingga harus dihadapi oleh masyarakat Indonesia dengan beragam cara perjuangan. Bangsa Indonesia menempuh dua cara dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, yaitu perjuangan fisik dan diplomasi. Mengutip dari E-Modul Memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia, perjuangan diplomasi adalah perjuangan mempertahankan kemerdekaan melalui perundingan atau menggunakan jalur damai. Sementara itu, perjuangan fisik adalah perjuangan mempertahankan kemerdekaan melalui pertempuran atau menggunakan jalur kekerasan atau bersenjata. Peristiwa Mempertahankan Kemerdekaan dengan Perjuangan Fisik Bangsa Indonesia dihadapkan pada beberapa keadaan yang mengharuskan untuk berjuang secara fisik. Ada beberapa peristiwa sebagai wujud mempertahankan Indonesia, antara lain 1. Pertempuran di Surabaya 10 November 1945Pasukan Inggris di bawah pimpinan Brigjen AWS Mallaby tiba di Surabaya pada 25 Oktober 1945. Mereka menyerbu dan menduduki gedung-gedung pemerintah serta menyebar selebaran yang memerintahkan kepada semua orang Indonesia untuk menyerahkan senjata. Apabila imbauan tersebut dilanggar, maka rakyat Indonesia akan dihukum mati. Rakyat Surabaya menolak imbauan Sekutu dan melakukan perlawanan. Perlawanan baku tembak terjadi pada 31 Oktober 1945 yang mengakibatkan Brigjen Mallaby tewas di Bank Internio Jembatan Merah. Penggantinya Mayjen Mansergh, mengeluarkan ultimatum "Bahwa siapa yang membunuh Mallaby harus menyerahkan diri selambat-lambatnya tanggal 10 November 1945 pukul pagi. Jika tidak menyerahkan diri, maka pasukan sekutu akan menyerang Kota Surabaya."Rakyat Surabaya tidak mengindahkan ultimatum tersebut. Rakyat Surabaya di bawah pimpinan Bung Tomo, Sungkono dan Gubernur Suryo melakukan perlawanan. Ribuan rakyat meninggal dalam pertempuran itu. Oleh karena itu, tiap tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. b. Pertempuran Medan Area 10 Desember 1945Pertempuran ini terjadi karena sekutu di bawah pimpinan Brigjen. TED Kelly dan pimpinan NICA, yaitu Raymond Westerling melakukan berbagai tindakan yang membuat marah rakyat, di antaranya -Membebaskan tawanan Belanda dan mempersenjatai KNIL 10 Oktober 1945; -Melarang rakyat membawa senjata 18 Oktober 1945; -Menduduki tempat penting dan menyerang Medan 10 Desember 1945. Rakyat Medan berusaha merebut kembali wilayah-wilayah yang telah dikuasai oleh sekutu. Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya peristiwa Medan Area. c. Pertempuran Ambarawa 15 Desember 1945Pertempuran Ambarawa disebabkan oleh sekutu yang dipimpin Brigjen Bethel yang dibonceng NICA dengan sepihak membebaskan tawanan Sekutu yang ada di Magelang dan Ambarawa. Tindakan sekutu ini dianggap telah melanggar kedaulatan RI. Setelah TKR mengadakan konsolidasi, Divisi V Kolonel Sudirman memperkuat wilayah Ambarawa dengan taktik Supit Urang, yaitu dengan menyerang dari berbagai arah. Terjadilah pertempuran yang dahsyat pada tanggal 15 Desember 1945. Dalam pertempuran ini, TKR dibantu kesatuan-kesatuan dari daerah lain, yaitu dari Surakarta dan Salatiga. Pertempuran Ambarawa dimenangkan pihak TKR. Namun dalam tertempuran tersebut, Kolonel Isdiman gugur dan diperingati sebagai Hari Infanteri. Peristiwa Mempertahankan Kemerdekaan dengan Perjuangan Diplomasi Selain perjuangan fisik, masyarakat Indonesia juga mempertahankan kemerdekaan melalui perjuangan diplomasi. Melansir dari E-Modul Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia, beberapa peristiwa mempertahankan kemerdekaan dengan perjuangan diplomasi, sebagai berikut 1. Perjanjian LinggarjatiPerjanjian Linggarjati pada 10 November 1946 bertujuan untuk menyelesaikan pertikaian Indonesia-Belanda. Pihak Indonesia dipimpin oleh dr. Sudarsono, Jenderal Sudirman, dan Jenderal Oerip Soemohardjo. Inggris mengirim Lord Killearn sebagai penengah setelah komisi gencatan senjata terbentuk. Pihak Belanda diwakili oleh Prof. S. Schermerhorn dan Dr. Hj. Van Mook. Setelah naskah perjanjian ditandatangani, muncul pro dan kontra di masyarakat mengenai hasil perundingan tersebut. Tanggal 25 Maret 1947 pihak Indonesia menyetujui perjanjian Linggarjati. Hasil perundingan tersebut menghasilkan 17 pasal. 2. Perundingan RenvilleBerdasarkan Keputusan Kerajaan Belanda No. 51 tanggal 15 Desember 1947, wakil- wakil pemerintah Belanda yang hadir dalam perundingan Renville dengan penuh kehati-hatian menghindari kata “delegasi”. Hal tersebut untuk menjelaskan bahwa persoalan Indonesia adalah masalah dalam negeri. Oleh karena itu, Keputusan Kerajaan Belanda menyebut penunjukkan suatu komisi untuk melakukan pembicaraan-pembicaraan sesuai Resolusi DK PBB tanggal 25 Agustus 1947. Hasil dari perundingan Renville, antara lain -Belanda hanya mengakui Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Sumatera sebagai bagian wilayah Republik Indonesia; -Disetujuinya sebuah garis demarkasi yang memisahkan wilayah Indonesia dan daerah pendudukan Belanda; -TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah pendudukan di Jawa Barat dan Jawa Timur. 3. Perjanjian Roem RoyenPerjanjian Roem Royen berupa pernyataan dari kedua belah pihak yang masing-masing menyetujui pernyataan pihak lainnya. Isi pernyataan ini ditandatangani pada 7 Mei 1949 oleh ketua perwakilan kedua negara, yaitu Mr. Moh. Roem dan Dr. Van Roiyen, oleh karena itu terkenal dengan sebutan Roem Royen Statements. Turut serta pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag dengan maksud untuk mempercepat penyerahan kedaulatan yang sungguh dan lengkap kepada Negara Indonesia Serikat, yang tidak bersyarat. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta akan berusaha mendesak supaya politik demikian diterima oleh pemerintah Republik Indonesia selekas-lekasnya setelah dipulihkan di juga Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Kondisi Politik dan Ekonomi Indonesia pada Awal Kemerdekaan - Pendidikan Penulis Nurul AzizahEditor Addi M Idhom
Kemerdekaanindonesia tak diraih dengan mudah. Jauh sebelum itu wilayah yang kini disebut indonesia lebih dikenal dengan sebutan nusantara. ZA&dunia Bahkan, dalam sejarah kemerdekaan indonesia, bangsa ini pernah merasakan sejarah kelam dijajah oleh bangsa asing. Perjuangan merebut kemerdekaan berakhir sejak. Untuk memperoleh sebuah kemerdekaan, bangsa ini memperolehnya tidak gratis, sejarah
Sejarah dunia dipenuhi dengan konflik dan peperangan yang mempengaruhi banyak aspek di negaranya. Salah satu jenis konflik yang paling umum adalah perjuangan untuk meraih beberapa negara yang harus melalui serangkaian konflik berdarah untuk mencapai hidup merdeka. Di bawah ini adalah lima negara yang berperang dengan brutal untuk meraih kemerdekaan Amerika Serikatilustrasi amerika serikat SaylesPerjuangan untuk kemerdekaan Amerika Serikat dimulai pada tahun 1775 dan berlangsung selama delapan tahun. Perang kemerdekaan Amerika melibatkan pasukan Amerika yang dipimpin oleh George Washington melawan pasukan ini berlangsung dengan cara yang sangat brutal, dengan banyak pertempuran sengit yang terjadi di seluruh negeri. Secara keseluruhan, sekitar orang tewas dalam perang Vietnamilustrasi penduduk vietnam SonVietnam merdeka dari Prancis pada tahun 1954 setelah perjuangan selama delapan tahun. Namun, kemudian Vietnam terpecah menjadi dua negara, Vietnam Utara dan Vietnam Selatan. Ketika Amerika Serikat mengirimkan pasukannya ke Vietnam Selatan pada tahun 1965, perang Vietnam ini sangat brutal, dan kedua belah pihak melakukan kekejaman terhadap warga sipil dan militer lawan. Perang Vietnam berakhir pada tahun 1975 ketika Vietnam Utara menaklukkan Vietnam Indonesiailustrasi bendera Indonesia Hasbi SaniskoroNegara kita tercinta juga meraih kemerdekaan dengan cara peperangan yang sangat brutal. Sejak memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 pihak penjajah Belanda tidak mengakui kedaulatan negara kita. Belanda melakukan agresi militer ke seluruh wilayah terjadi hampir di seluruh pelosok negeri. Dari kota hingga ke pelosok desa dan hutan, seluruh rakyat Indonesia mengangkat senjata menghadapi Belanda yang ingin merebut kembali kemerdekaan kita. Ratusan ribu nyawa masyarakat Indonesia terkorban dalam peperangan ini. 4. Aljazairilustrasi perang aljazair RamdaniPerjuangan untuk kemerdekaan Aljazair dimulai pada tahun 1954 dan berlangsung selama delapan tahun. Aljazair berjuang untuk merdeka dari Prancis, dan perjuangan ini termasuk serangkaian serangan terorisme dan ini sangat brutal, dan kedua belah pihak melakukan kekejaman terhadap warga sipil dan militer lawan. Perang Aljazair berakhir pada tahun 1962 ketika Aljazair mendapatkan Zimbabweilustrasi tentara zimbabwe DenheZimbabwe, yang dahulu dikenal sebagai Rhodesia, merdeka dari Inggris pada tahun 1980 setelah perjuangan selama tujuh belas tahun. Perjuangan ini melibatkan gerilya dan kekerasan antara pasukan pemerintah Rhodesia dan gerilyawan ZANU dan ini sangat brutal, dengan kekerasan terhadap warga sipil yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Perjuangan Zimbabwe untuk kemerdekaan berakhir ketika Inggris setuju untuk memberikan kemerdekaan kepada negara dari Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 "Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa". Maka perjuangan setiap negara di dunia untuk meraih kemerdekaannya patut kita hormati. Tak lupa kita juga harus selalu mendoakan para pahlawan Indonesia yang sudah berkorban untuk kemerdekaan Indonesia. Baca Juga 7 Negara yang Merayakan Kemerdekaan Bulan Mei, Sudah Tahu? IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis. JAKARTA Bulan Agustus identik dengan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.Banyak film yang mengangkat tema ini. Film perjuangan ini untuk menyambut hari kemerdekaan Indonesia yang diperingati setiap 17 Agustus.. Film perjuangan karya anak-anak muda Indonesia ini bertujuan untuk mengingat kembali para pahlawan Indonesia dalam merebut kemerdekaan. - Revolusi Nasional Indonesia atau Revolusi Kemerdekaan adalah masa setelah Indonesia merdeka pada 1945 hingga Belanda mengakui kedaulatan Indonesia secara penuh pada 1949. Meskipun sudah merdeka, tetapi perjuangan Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan masih terus berlanjut. Sebab, sepanjang masa Revolusi Kemerdekaan berlangsung, masih banyak terjadi pemberontakan dan konflik di apa saja peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa Revolusi Kemerdekaan? Baca juga Peran Mohammad Hatta dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Proklamasi Apabila membahas mengenai Revolusi Kemerdekaan tentunya akan melekat pada peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia. Setelah tiga tahun berada di bawah jajahan Jepang sejak 1942 hingga 1945, Indonesia berhasil mencapai kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Presiden Soekarno membacakan naskah proklamasi di depan kediamannya di Jalan Pegangsaan Timur, No. 56, Jakarta. Setelah itu, dilakukan pengibaran Sang Saka Merah Putih, yang sudah dijahit oleh istri Soekarno, yaitu Fatmawati. Keesokan harinya, pada 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar sebagai dasar negara Republik Indonesia. Soekarno pun terpilih sebagai Presiden Indonesia dengan masa jabatan sejak 1945 hingga 1967, dan Mohammad Hatta menjadi Wakil Presiden Indonesia sejak 1945 hingga 1956. Baca juga Sikap Rakyat Indonesia dalam Menanggapi Proklamasi Kemerdekaan Agresi Militer Belanda I Setelah proklamasi kemerdekaan berlangsung, Indonesia tidak begitu saja lepas dari penjajah. Nationaal Archief Pasukan Belanda menunggu keberangkatan dari Semarang ke Yogyakarta dalam Agresi Militer Belanda II Belanda masih terus berusaha merebut kembali kemerdekaan dengan melakukan sejumlah serangan, salah satunya Agresi Militer Belanda I. Agresi Militer Belanda I terjadi pada tanggal 21 Juli 1947 hingga 5 Agustus 1947, yang dipimpin oleh Letnan Gubernur Jenderal Johannes van Mook. Tujuan Agresi Militer Belanda I adalah untuk membangkitkan perekonomian Belanda dengan cara menguasai kekayaan sumber daya alam Indonesia. Target utama Belanda adalah Sumatera dan Jawa untuk menguasai sumber daya alam di sana. Di Pulau Jawa, Belanda menyerang Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Indonesia mengirimkan pasukan Siliwangi untuk melawan tentara Belanda. Salah satu strategi yang digunakan oleh pasukan Siliwangi adalah dengan melakukan serangan gerilya pada sektor-sektor penting, seperti jalan-jalan penghubung, jalur logistik, dan pos Belanda. Pada praktiknya, serangan gerilya pasukan Siliwangi di Jawa Barat berhasil mengalahkan usaha perkebunan yang menjadi sektor ekonomi penting bagi Belanda. Nationaal Archief Jenderal Simon Hendrik Spoor, pemimpin Agresi Militer Belanda 1 dan 2 Akhir dari Agresi Militer Belanda I adalah disepakatinya perjanjian Renville pada 17 Januari 1947. Baca juga Kronologi Agresi Militer Belanda I Agresi Militer Belanda II Belanda pada akhirnya mengingkari perjanjian Renville dengan melancarkan serangan Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948, di Yogyakarta. Pada Minggu pagi tanggal 19 Desember 1948, Belanda mulai menyerang Kota Yogyakarta yang saat itu menjadi ibukota sementara Indonesia. Belanda melakukan serangan udara mendadak yang membuat pasukan Indonesia kewalahan pada awalnya. Hanya dalam waktu beberapa jam, sore hari tanggal 19 Desember 1948, Yogyakarta sudah berhasil diambil alih oleh Belanda. Wikimedia Commons Pasukan Divisi Siliwangi ketika peristiwa Long March pada 1950 dalam cuplikan film Darah dan Doa. Setelah mendengar serangan mendadak itu, Panglima TNI Jenderal Sudirman memberikan perintah kilat melalui radio yang bertujuan untuk melawan musuh dengan cara perang rakyat semesta. Maksudnya, para pasukan akan hijrah dengan cara long march ke wilayah masing-masing dan membentuk kekuatan. Setelah kekuatan terbentuk, pertempuran mulai terjadi antara pasukan Indonesia dan pasukan Belanda. Pertempuran Agresi Militer Belanda II telah banyak memakan korban jiwa dan kerusakan besar bagi pihak Indonesia. Saking besarnya, aksi penyerangan ini sampai terdengar ke kancah internasional, termasuk Amerika Serikat AS. Akibatnya, AS memutuskan untuk menghentikan bantuan dana kepada Belanda. AS dan PBB juga mendesak agar Belanda segera melakukan gencatan senjata dan menggelar perundingan Amir Fatah sedang memimpin rapat DI/TII di Jawa Tengah Akhirnya, pada 7 Mei 1949, Agresi Militer Belanda II berakhir dengan ditandatanganinya perjanjian Roem-Royen. Baca juga Kronologi Agresi Militer Belanda II Perjanjian Linggarjati Perundingan Linggarjati terjadi akrena Jepang menetapkan status quo pada Indonesia yang menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia dengan Belanda. Salah satunya ditandai dengan Peristiwa 10 November di Surabaya. Pemerintah Inggris sebagai penanggung jawab mengundang Indonesia dan Belanda berunding di Hooge Veluwe. Namun perundingan ini berujung gagal karena Indonesia meminta Belanda mengakui kedaulatan atas Pulau Jawa, Sumatera, dan Madura. [Netherlands Indies Government Information Service] Persetujuan gencatan senjata yang membuka peluang Perundingan Linggarjati. Soetan Sjahrir berada di kanan Sementara itu, Belanda hanya bersedia mengakui Pulau Jawa dan Madura. Akhirnya, pada 14 Oktober 1946, perundingan ini menghasilkan persetujuan gencatan senjata. Kemudian, gencatan senjata dilanjutkan dengan Perundingan Linggarjati yang dilaksanakan pada 11 November 1946. Perjanjian Linggarjati selesai dilaksanakan pada 15 November 1946 dan ditandatangani pada 25 Maret 1947. Salah satu isi dari Perjanjian Linggarjati adalah Belanda bersedia mengakui secara de facto Jawa, Sumatera, dan Madura. Pemberontakan Komunis Pada 18 September 1948, Republik Soviet Indonesia diproklamasikan oleh anggota PKI yang ingin membangkang atas kepemimpinan Mohammad Hatta. Wikipedia Pertemuan PKI di Batavia tahun 1925 Pertempuran pun berlangsung antara pihak TNI dengan PKI. Pertempuran ini dimenangi oleh TNI, sedangkan pemimpin PKI, Musso, berhasil ditangkap dan dibunuh di tempat. Pemberontakan DI/TII Selanjutnya adalah pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia atau DI/TII yang dipelopori oleh Kartosuwiryo. Pemberontakan DI/TII pernah terjadi di lima wilayah, yaitu Jawa Barat Jawa Tengah Sulawesi Selatan Kalimantan Selatan Aceh Namun, dari kelima tempat itu, pemberontakan yang terjadi pada masa Revolusi Kemerdekaan adalah pemberontakan DI/TII di Jawa Barat. Baca juga Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, Pelopor Gerakan DI/TII Jawa Barat Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dipimpin oleh Kartosuwiryo pada 7 Agustus 1949. Terjadinya pemberontakan ini dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan Kartosuwiryo terhadap kemerdekaan Republik Indonesia RI. Ketika itu, kemerdekaan Indonesia masih dibayang-bayangi oleh kehadiran Belanda yang masih ingin berkuasa atas Indonesia, terutama setelah perjanjian Renville ditandantangani pada 1948. Menurut Kartosuwiryo, perjanjian Renville dipandang tidak melindungi warga Jawa Barat. Alhasil, Kartosuwiryo memilih mendirikan Negara Islam Indonesia NII. Untuk mengatasi pemberontakan ini, pemerintah mengirim pasukan Kodam Siliwangi dan melakukan taktik Pagar Betis. Pada akhirnya, Kartosuwiryo berhasil ditangkap oleh Letnan Suhanda. Baca juga Penyebab Pemberontakan DI/TII Penyerahan kedaulatan Indonesia Peristiwa yang menjadi akhir dari masa Revolusi Kemerdekaan adalah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada 27 Desember 1949. Setelah Belanda terus melakukan serangan militer kepada Indonesia, pada akhirnya upaya diplomasi yang dilakukan untuk mengakhiri peristiwa ini adalah melaksanakan Konferensi Meja Bundar KMB. KMB dilaksanakan di Den Haag, Belanda, sejak 23 Agustus hingga 2 November 1949. KMB dipimpin langsung oleh Wakil Presiden Indonesia, Mohammad Hatta. Perundingan pun diketahui berjalan dengan alot dan lamban. Kendati begitu, pada akhirnya disepakati hasil KMB yang salah satunya adalah Belanda menyerahkan kedaulatan penuh kepada Indonesia pada Desember 1949. Penyerahan kedaulatan Indonesia dilaksanakan tanggal 27 Desember 1949 di dua tempat, yaitu Amsterdam dan Jakarta. Referensi Kahin, George McTurnan. 1952. Nationalism and Revolution in Indonesia. New York Cornell University Press. Dijk, C. van Cornelis. 1981. Rebellion under the banner of Islam The Darul Islam in Indonesia. Den Haag M. Nijhoff. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Sejakitulah muncul para ulama pejuang kemerdekaan dengan semangat jihad melawan penjajah. "Perjuangan nasionalisme menentang penjajah itu tokohnya adalah ulama dan santri. Thomas S. Raffles, dalam bukunya The History of Java, di situ menjelaskan ulama itu tidak melakukan kerja sama dengan sultan.
- Panglima Besar Jenderal Soedirman sempat berselisih paham dengan Presiden Sukarno ketika Belanda melancarkan agresi militer keduanya pada akhir Desember 1948. Soedirman dengan tegas menolak upaya diplomasi karena Belanda berkali-kali ingkar janji. Sedangkan Sukarno masih percaya bahwa diplomasi menjadi jalan terbaik untuk mewujudkan kemerdekaan RI yang mengajak presiden untuk bergerilya bersamanya, namun Sukarno tetap bertahan di ibukota, Yogyakarta. Kekhawatiran sang panglima besar menjadi kenyataan. Sukarno, Mohammad Hatta, dan para pejabat penting negara ditangkap Belanda, kemudian diasingkan ke luar Soedirman tidak mengira, ternyata perjuangan lewat diplomasi terus berlanjut. Pemerintahan Darurat Republik Indonesia PDRI di Bukittinggi, Sumatera Barat, bertugas menjaga eksistensi negara. Sementara di mancanegara, para personil Kementerian Luar Negeri beserta sejumlah tokoh Indonesia lainnya bergerak, menggalang dukungan dari dunia juga Jalan Perlawanan Mantan Pentolan PDRI Amir Sjarifoeddin Perdana Menteri, Kiri, dan Dihukum Mati Sukarno-Hatta Dwitunggal yang Tanggal Soedirman wafat pada 29 Januari 1950 setelah bergerilya dalam kondisi sakit. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, sang jenderal tersenyum lega. Jalur perundingan yang semula disangsikannya membuahkan hasil kendati harus dilakoni dengan proses yang tidak mudah. Indonesia menjadi negara berdaulat penuh berkat andil para pejuang diplomasi, termasuk mereka yang bernaung di Kementerian Luar Negeri dari Meja ke Meja Tanggal 19 Agustus 1945, dua hari setelah Proklamasi Kemerdekaan RI atau tepat hari ini 73 tahun lalu, Kementerian dulu ditulis Kementrian Luar Negeri berdiri, bersamaan dengan dibentuknya Kabinet Presidensial, kabinet pertama setelah Indonesia Soebardjo, yang semasa era pergerakan nasional berpengalaman dalam urusan internasional bersama Hatta, ditunjuk sebagai Menteri Luar Negeri RI yang pertama. Namun, ia menempati jabatan ini hanya beberapa pekan saja sampai 14 November 1945, lalu digantikan Soetan Sjahrir. Kelak, Soebardjo kembali menjadi Menlu sejak 27 April 1951. Baca juga Pardjo, Ajudan Jenderal yang Dua Kali Jadi Menteri Kelahiran TNI Mulanya Tidak Direstui Ulah Belanda Memantik Murka Rakyat Surabaya Bulan April 1946, untuk pertamakalinya pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Luar Negeri, mengirimkan misi diplomatik pertamanya, yakni ke Belanda untuk berunding dengan pihak Sekutu. Agustus di tahun yang sama, Kemenlu berperan mengirimkan bantuan beras untuk rakyat India yang sedang diterpa misi diplomasi resmi pertama yang diteken Kemenlu RI adalah Perundingan Linggarjati pada 25 Maret 1947. Sjahrir bersama Soesanto Tirtoprodjo, Mohammad Roem, dan Gani maju ke meja perundingan, berhadapan dengan delegasi Belanda yang diisi oleh Wim Schermerhorn, van Mook, Maz van Poll, dan Lord sejumlah poin yang disepakati dalam Perundingan Linggarjati, termasuk gencatan senjata, ternyata dilanggar oleh Belanda, dengan dalih perbedaan tafsir. Abdul Haris Nasution dalam Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia 1991 mengungkapkan, Belanda berulah dan memicu bentrokan di beberapa daerah hlm. 439. Akibatnya, terjadilah Agresi Belanda I sejak 21 Juli 1947. Pemerintah RI melalui Kemenlu tentu saja tidak tinggal diam. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa DK-PBB didesak supaya menindak Belanda. PBB langsung merespons dengan mengeluarkan resolusi tertanggal 1 Agustus 1947 berisi peringatan agar konflik bersenjata dihentikan. Ultimatum PBB dan kecaman dunia internasional membuat nyali Belanda ciut. Tanggal 15 Agustus 1947, dikutip dari buku Sejarah Revolusi Indonesia 1989 karya Nyoman Dekker, pemerintah Kerajaan Belanda menyatakan akan menerima resolusi DK-PBB untuk menghentikan agresi militernya hlm. 75.Tanggal 8 Desember 1947, meja diplomasi kembali digelar, di atas Kapal USS Renville milik Amerika Serikat yang sedang bersandar di perairan Jakarta. Kali ini, Sjahrir sudah tidak lagi menjabat sebagai Menlu RI, digantikan oleh Haji Agus Salim –negarawan senior mantan tokoh Sarekat Islam SI – yang menjabat sejak 3 Juli 1947. Bersama Perdana Menteri Amir Syarifudin, juga Ali Sastroamijoyo, Dr. Tjoa Sik Len, Mohammad Roem, Mr. Narsun, Dr. J. Leimena, dan Ir. Juanda, Agus Salim mewakili Indonesia dalam Perundingan Renville Mukayat, Haji Agus Salim, The Grand Old Man of Indonesia, 1981 74.Baca juga Alotnya Perundingan Roem-Royen Menuju Kedaulatan RI Manuver AS Merugikan Indonesia di Perjanjian Renville Agresi Militer I Saat Belanda Mengingkari Perjanjian Linggarjati Perundingan Renville diadakan untuk menentukan batas antara wilayah Indonesia dengan wilayah Belanda atau yang disebut sebagai Garis van Mook. Kendati sebenarnya isi perjanjian ini lebih menguntungkan kubu Belanda, delegasi Indonesia terpaksa sepakat demi menghindari konflik perundingan yang dianggap merugikan Indonesia inilah yang membuat Jenderal Soedirman kian tidak percaya kepada Belanda. Begitupula dengan kelompok gerilyawan lainnya, termasuk Maridjan Kartosoewirjo yang membentuk Darul Islam/Tentara Islam Indonesia DI/TII, juga pecahnya pemberontakan Partai Komunis Indonesia PKI di Madiun ala Musso pada 18 September Diplomasi Tanpa Henti Belanda lagi-lagi melanggar kesepakatan. Tanggal 19 Desember 1948, terjadi Agresi Militer Belanda II. Para pimpinan negara Indonesia, termasuk Sukarno, Hatta, dan Agus Salim, ditawan. Beruntung, PDRI berhasil dibentuk di Bukittinggi, Sumatera Barat, sebagai bukti bahwa negara Indonesia masih yang dipimpin oleh Syafruddin Prawiranegara, merangkap jabatan sejumlah menteri termasuk Menteri Luar Negeri, tidak hanya bergerak di dalam negeri saja, melainkan juga terus menjalin koneksi dengan tokoh-tokoh Indonesia yang sedang berada di 31 Maret 1949, Syafruddin Prawiranegara mengumumkan penyempurnaan susunan pimpinan PDRI, di dalamnya tercatat Alexander Andries Maramis, sebagai Menteri Luar Negeri yang berkedudukan di New Delhi, juga Palar, Perwakilan Indonesia Pertama di PBB yang Terlupakan Syafruddin Prawiranegara Menyelamatkan Republik, Lalu Membelot Pendidikan Tanpa Sekolah ala Agus Salim Selain Maramis selaku Menlu PDRI, ada pula para pejuang diplomasi lainnya di luar negeri, seperti Dr. Soedarsono sebagai wakil RI di India, Soemitro Djojohadikoesoemo yang saat itu sedang di Amerika Serikat untuk menjalin kerjasama ekonomi, juga Lambertus Nicodemus Palar Rosihan Anwar, Sejarah Kecil “Petite Histoire” Indonesia Volume 3, 2004 119.Nama yang disebut terakhir, LN. Palar, sejatinya sudah cukup lama berjuang di luar. Ia adalah perwakilan Indonesia di PBB sejak 1947, dan menjadi pahlawan RI di forum internasional manakala Belanda melanggar perjanjian yang telah Maramis, dan lainnya terus bergerilya dari negara ke negara ketika masa-masa darurat pada 1949 itu. Mereka, misalnya, diundang Perdana Menteri India, Jawaharlal Nehru, untuk menghadiri Konferensi Inter-Asia di New Delhi pada 20-23 Januari 1949 yang khusus membahas persoalan Indonesia. Dikutip dari Harry A. Poeze dalam buku Di Negeri Penjajah Orang Indonesia di Negeri Belanda 1600-1950 2008, Palar dan kawan-kawan terus melobi PBB agar sekali lagi bersikap tegas terhadap Belanda, hingga menghasilkan Resolusi DK-PBB tanggal 28 Januari 1949 hlm. 380.Resolusi DK-PBB membuat Belanda semakin terdesak, ditambah pula dengan terjadinya Serangan Umum 1 Maret 1949. Dilangsungkanlah Perundingan Roem-Royen yang berlangsung cukup alot sedari tanggal 14 April 1949 di Hotel Des Indes, 7 Mei 1949, Perundingan Roem-Royen ditandatangani yang menghasilkan kesepakatan bahwa akan diadakan Konferensi Meja Bundar KMB untuk membahas rencana penyerahan kedaulatan penuh serta tanpa syarat dari Belanda kepada juga Warisan Utang Belanda Tumbal Pengakuan Kedaulatan Resolusi PBB yang Menghentikan Agresi Militer Belanda Mohammad Natsir Berdiri di Antara Islam dan Negara KMB diselenggarakan secara berkelanjutan dari 23 Agustus 1949 ketika posisi Menteri Luar Negeri dijabat kembali oleh Haji Agus Salim. Pada periode itu, Agus Salim juga gencar menggalang sokongan dari dunia internasional agar mendukung 20 Desember 1949, jabatan Menlu dilanjutkan oleh Hatta yang berjasa besar dalam negosiasi yang berlangsung tidak mudah. KMB pun menjadi rangkaian awal bagi Indonesia untuk menjadi negara yang seutuhnya. Dan, sejak 27 Desember 1949, Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia secara Lanjutan dan Terkini Selepas 1950, pemerintah disibukkan dengan urusan-urusan dari dalam negeri sendiri, terutama mengatasi pihak-pihak yang mengancam keutuhan negara. Sepanjang periode itu, posisi Menlu bergantian dijabat oleh Mohammad Roem, Mohammad Natsir, Achmad Soebardjo, Wilopo, Moekarto Notowidigdo, Soenario Sastrowardoyo, Ide Anak Agung Gde Agung, Roeslan Abdulgani, hingga dasawarsa berselang, Menlu Soebandrio mengemban tugas utama yaitu perjuangan merebut kembali Irian Barat. Pada awal dekade 1960 itu, wilayah Irian Barat masih menjadi sengketa antara Indonesia dengan Belanda karena belum ada titik temu saat KMB Amarulla Octavian, Militer dan Globalisasi, 2012 139.Richard Chauvel dalam Constructing Papuan Nationalism 2005 memaparkan, sengketa Irian Barat, yang ternyata juga melibatkan Amerika Serikat, akhirnya dibahas melalui Perjanjian New York. Isinya, Belanda harus menyerahkan Papua bagian barat kepada Indonesia selambat-lambatnya tanggal 1 Mei 1963 hlm. 30.Persoalan Irian Barat nyaris tuntas kendati direcoki oleh kepentingan Amerika. Di sisi lain, situasi di dalam negeri justru diguncang tragedi. Peristiwa Gerakan 30 September G30S 1965 menjadi sinyal berakhirnya era Orde Lama pimpinan Presiden Sukarno, dan mulai beralih ke rezim Orde Baru yang dimotori juga Orde Baru Membunuh Sukarno Pelan-Pelan Ambisi Amerika di Balik "Pembebasan" Irian Barat Adam Malik Pengikut Tan Malaka yang Menjadi Wapres Soeharto Selama Orde Baru, fokus Departemen Luar Negeri nama anyar untuk Kementerian Luar Negeri, lebih fokus untuk mempererat jaringan internasional, dengan mengusung prinsip bebas-aktif serta tidak memihak, di antaranya melalui Gerakan Non-Blok, ASEAN, APEC, G-15, G-20, dan itu, Departemen Luar Negeri RI juga berjuang untuk mewujudkan pengakuan terhadap Indonesia sebagai negara kepulauan dalam perjuangan hukum laut atau UNCLOS United Nation Convention on Law of the Sea, serta menggalang pengakuan internasional untuk Orde Baru tumbang pada 1998, dilanjutkan era reformasi hingga pemerintahan Presiden Jokowi sejak 2014, Kemenlu RI yang dipimpin Menlu Retno Marsudi mengemban tugas utama untuk memagari potensi disintegrasi bangsa, membantu pemulihan ekonomi dan peningkatan citra Indonesia, serta meningkatkan kualitas pelayanan dan perlindungan WNI di luar negeri. - Humaniora Penulis Iswara N RadityaEditor Nuran Wibisono MATERIDAN SOAL PERJUANGAN MEREBUT IRIAN BARAT SMP KELAS IX PERJUANGAN MEMPEREBUTKAN IRIAN BARAT akan menerima serah terima pemerintahan dari tangan Belanda dan sejak saat itu bendera merah putih diperbolehkan berkibar di Irian Barat.. Tahap kedua, berupa pemilihan anggota dewan musyawarah Pepera, yang berakhir pada bulan Juni 1969. 3
Kawan-kawan, perjuangan bangsa Indonesia selama bertahun-tahun akhirnya mencapai kemerdekaan. Ini berarti perjuangan untuk merebut kemerdekaan sudah berakhir. Sejak proklamasi tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia sudah menjadi negara yang merdeka. bangsa Indonesia terlepas dari belenggu penjajahan. Keberadaan Indonesia sebagai sebuah negara semakin kuat. Bangsa Indonesia memiliki perlengkapan negara dengan mengesahkan UUD. Selain itu, bendera negara, lagu kebangsaan, bahasa, dan tentara. Perjuangan kita selanjutnya mempertahankan kemerdekaan. Keberadaan negara Indonesia tidak diakui oleh Belanda. Bahkan Belanda berusaha menguasai kembali bangsa Indonesia. A Usaha Belanda dan Inggris Merongrong Kedaulatan Indonesia Bagaimana Belanda bisa kembali datang dan masuk ke Indonesia? Sekutu! Setelah kemenangan Sekutu atas Jepang tanggal 29 September 1945 tentara Inggris mendarat di Jakarta. Tentara Inggris dalam hal ini mewakili Sekutu. Pasukan tersebut dipimpin Letnan Jenderal Sir Philip Christison. Tentara Inggris datang ke Indonesia bertujuan melucuti tentara Jepang. Kedatangan Inggris diboncengi oleh NICA Netherlands Indies Civil Administration. NICA yaitu pemerintahan sipil Belanda atas Indonesia yang dipimpin oleh van Mook. Bangsa Indonesia yang semula menyambut baik kedatangan Inggris berubah memusuhi. Hal ini dikarenakan kedatangannya diboncengi NICA. Apalagi setelah NICA membentuk dan mempersenjatai KNIL Koniklijk Netherlands Indish Leger. KNIL yaitu tentara sewaan Kerajaan Belanda. Anggota KNIL adalah orang-orang yang dibebaskan dari tahanan Jepang di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. B Perlawanan Rakyat di Berbagai Daerah Bung Tomo Semenjak kedatangan tentara Sekutu yang diboncengi NICA, muncul banyak perlawanan di daerah. Semuanya bertujuan mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan bangsa. Berikut ini usaha-usaha rakyat Indonesia dalam mempertahankan Pertempuran di Surabaya 10 November 1945Perlawanan rakyat terhadap Sekutu terjadi di mana-mana, termasuk di Surabaya. Kejadian bermula sejak tentara Sekutu mendarat di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945. Pasukan Sekutu dipimpin oleh Jenderal Mallaby. Awalnya, kedatangan mereka disambut baik oleh rakyat. Kedatangan Sekutu hanya untuk membebaskan tawanan perang dan melucuti senjata Jepang. Pada tanggal 26 Oktober 1945, tentara Inggris menyerbu penjara Kalisosok, Surabaya. Penyerbuan itu di bawah pimpinan Kapten Shaw. Bahkan, tentara Inggris memasuki Kota Surabaya tanpa izin. Selain itu, mereka menduduki beberapa gedung secara pasukan Sekutu menimbulkan kemarahan dan kebencian rakyat. Rakyat bangkit dan mengadakan perlawanan terhadap Sekutu. Terjadilah pertempuran hebat. Pada tanggal 28 Oktober 1945, pos-pos pasukan Sekutu diserang tanggal 29 Oktober 1945, para pemuda dapat merebut kembali tempat-tempat yang dikuasai Sekutu. Dalam keadaan terjepit, Sekutu meminta kepada pemerintah Indonesia untuk menghentikan pertempuran. Presiden Soekarno dan Menteri Penerangan Amir Syarifuddin pun terbang ke Surabaya. Presiden meminta kepada rakyat Surabaya untuk menghentikan tanggal 30 Oktober 1945 tercapailah kesepakatan antara pemerintah Republik Indonesia dengan Sekutu. Sekutu berjanji akan meninggalkan Surabaya. Namun, pasukan Sekutu kembali tidak menepati janji. Akibatnya terjadi baku tembak lagi dengan rakyat di dekat Jembatan Merah, Surabaya. Dalam peristiwa tersebut Mallaby tewas. Peristiwa tersebut membuat terkejut dunia internasional. Pada tanggal 9 November 1945, Inggris mengeluarkan ultimatum ancaman. Isi ultimatum yaitu ”Semua pimpinan dan para pemuda Indonesia harus menyerahkan senjatanyakepada Inggris selambat-lambatnya pukul tanggal 10 November 1945. Jikasampai batas waktunya tidak menyerahkan senjata, maka Surabaya akan kamiserang dari darat, laut, dan udara”. Ultimatum tersebut tidak digubris oleh rakyat Surabaya. Sampai batas waktu yang ditentukan tidak seorang pun menyerahkan senjata kepada Inggris. Hal ini membuat Inggris melaksanakan ultimatumnya dengan menggempur bawah pimpinan Bung Tomo, Sungkono, dan Suryo, rakyat Surabaya menghadapi Sekutu. Pada tanggal 10 November 1945 pukul pagi, terjadilah pertempuran besar. Sekutu menyerang Kota Surabaya dari darat, laut, dan udara. Jumlah pasukan lebih dari orang. Arek-arek Surabaya dengan semangat tinggi terus mengadakan perlawanan. Mereka meneriakkan yel-yel ”Merdeka atau Mati!” dan ”Lebih baik mati daripada hidup dijajah” . Pertempuran berlangsung tidak seimbang, baik dari segi peralatan maupun jumlah pasukan. Namun, rakyat Surabaya tidak gentar dan terus memberikan perlawanan. Ribuan rakyat Surabaya menjadi korban dalam pertempuan tersebut. Untuk mengenang jasa atas kerberanian dan pengurbanan rakyat Surabaya, maka setiap tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. 2. Palagan Ambarawa 21 November 1945Pada tanggal 20 November 1945, Sekutu mendarat di Semarang dipimpin oleh Brigadir Jenderal Bethel. Tujuannya mengurus tawanan tentara Jepang yang ada di Jawa Tengah. Sebagaimana kedatangannya di Surabaya, kedatangan Sekutu di Semarang juga disambut baik oleh rakyat. Akan tetapi, setelah mengetahui Sekutu datang diboncengi oleh NICA, maka sikap rakyat berubah. Kedatangan NICA dalam rombongan Sekutu tersebut membuat marah rakyat. Apalagi secara sepihak Sekutu mempersenjatai orang-orang Belanda yang ditawan di Ambarawa dan Magelang. Pertempuran antara Sekutu dan TKR Tentara Kemanan Rakyat tidak bisa dihindari lagi. Pada tanggal 26 November 1945, pimpinan TKR dari Puwokerto yaitu Letnan Kolonel Isdiman gugur dalam pertempuran. Akhirnya, pimpinan pertempuran diambil alih oleh Kolonel Kolonel Soedirman, menumbuhkan semangat baru bagi pasukan TKR. Pasukan TKR di bawah pimpinan Kolonel Soedirman menggunakan siasat gerilya. Pada tanggal 15 Desember 1945, TKR berhasil mengusir Sekutu. Dengan peristiwa tersebut, maka setiap tangggal 15 Desember diperingati sebagai Hari Infantri. Untuk mengenang pertempuran Ambarawa didirikanlah monumen Palagan Ambarawa. 3. Pertempuran Medan Area 10 Desember 1945Gelombang kedatangan pasukan Sekutu ke Indonesia memasuki kota Medan. Pasukan yang dipimpin Kelly mendarat di Medan tanggal 9 Oktober 1945 . Tugas tentara Sekutu adalah membebaskan tentara Belanda yang ditawan Jepang. Namun ternyata tawanan itu kemudian dipersenjatai dan dijadikan anggota KNIL. Tindakan ini membuat rakyat Medan marah. Di bawah pimpinan Ahmad Tahir, para pemuda membentuk laskar perjuangan dan TKR Sumatra Timur. Pada tanggal 13 Oktober 1945, terjadi sebuah insiden di sebuah hotel di Jalan Bali. Awalnya, anggota NICA merampas dan menginjak lencana Merah Putih milik seorang pemuda. Peristiwa tersebut memicu kemarahan para pemuda. Akhirnya berkembang menjadi pertempuran di berbagai terjadinya pertempuran tersebut, Sekutu mengeluarkan ultimatum. Isi ultimatum yaitu melucuti senjata yang dibawa para pemuda dan larangan membawa senjata. Puncak kemarahan rakyat Medan terjadi pada tanggal 1 Desember 1945. Waktu itu Sekutu memasang papan pembatas bertuliskan Fixed Boundaries Medan Areabatas wilayah kekuasaan Sekutu. TKR dan para pemuda pun mengadakan perlawanan. Pertempuran yang terjadi di Kota Medan dikenal dengan Pertempuran Medan Area. 4. Bandung Lautan Api 23 Maret 1946Tentara Sekutu mendarat di Bandung pada tanggal 17 Oktober 1945 dipimpin Jenderal Haw Torn. Pasukan NICA yang membonceng Sekutu berusaha mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia. Secara sepihak Sekutu meminta agar senjata yang dilucuti pasukan TKR dari tentara Jepang diserahkan kepada Sekutu. Tujuannya untuk menjaga keamanan bersama. Permintaan Sekutu tersebut tidak ditanggapi oleh rakyat Bandung. Namun, Sekutu justru mulai menduduki dan menguasai sejumlah kantor penting. Para pejuang pun bangkit mengadakan perlawanan terhadap Sekutu dan NICA. Tanggal 21 November 1945, Sekutu mengeluarkan ultimatum. Isi ultimatum agar para pejuang mengosongkan Kota Bandung bagian utara paling lambat 29 November 1945. Ultimatum tersebut tidak dihiraukan oleh para pejuang. Terjadilah pertempuran antara pejuang TRI dan Sekutu. Pertempuran berjalan tidak seimbang, sehingga para pejuang dan TRI tidak berhasil mempertahankan Bandung bagian utara. Akhirnya, Kota Bandung terbagi menjadi dua bagian. Bagian utara diduduki Sekutu dan Bandung selatan masih diduduki TRI. Pada tanggal 23 Maret 1946, Sekutu memberikan ultimatum kedua. Rakyat Bandung diminta menyerahkan senjata dan mengosongkan Bandung bagian selatan. Pada tanggal 23 Maret 1946, Sekutu memberikan ultimatum kedua. Rakyat Bandung diminta menyerahkan senjata dan mengosongkan Bandung bagian selatan. Akhirnya Kolonel Nasution bersama para tokoh pejuang Arudji Kartawinata bermusyawarah. Mereka mengambil keputusan untuk mematuhi perintah itu demi menjaga keselamatan rakyat dan pertimbangan politik. Namun mereka tidak bersedia menyerahkan Bandung bagian selatan dalam keadaan utuh. Atas perintah Kolonel Nasution, rakyat diungsikan keluar Kota Bandung. Setelah itu para pejuang dan TRI menyerang pos-pos Sekutu. Selanjutnya mereka membumihanguskan Kota Bandung bagian selatan. Serangan ini terjadi tanggal 23 Maret 1946 dipimpin oleh Arudji Kartawinata, Komandan TRI Bandung. Jadi, Kota Bandung ditinggalkan dalam keadaan bumi hangus. Hal ini dilakukan agar tidak bisa digunakan Sekutu. Peristiwa ini dikenal dengan Bandung Lautan Api. Seorang pejuang bernama Mohammad Toha gugur dalam peristiwa tersebut.
. 309 414 199 58 397 60 473 135

perjuangan merebut kemerdekaan berakhir sejak